nusakini.com-Islamabad-Berbagai upaya terus dilakukan KBRI Islambad untuk mempertahankan dan meningkatkan pasar kelapa sawit Indonesia di Pakistan (terbesar setelah China dan India), salah satunya dengan menggelar seminar internasional berjudul "Palm Oil: Health, Nutrition & Development". Seminar dilaksanakan bekerja sama dengan University of Agriculture Faisalabad (UAF), dan Faisalabad Chamber of Commerce and Industry (FCCI) di auditorium UAF, Senin (10/9) lalu.

UAF dipilih karena merupakan universitas pertanian tertua di Pakistan dan menjadi salah satu rujukan lembaga otoritas pengawas makanan (Punjab Food Authority/PFA) yang pada tahun lalu merencanakan larangan peredaran produk Vanaspati Ghee (70% campuran sawit) pada Juli 2020 karena berbahaya bagi kesehatan di Provinsi Punjab berpenduduk lebih 110 juta lebih. 

Mengingat Pakistan salah satu pasar ke-3 terbesar Indonesia, Duta Besar RI untuk Pakistan, Iwan Suyudhie Amri menilai bahwa langkah untuk meningkatkan pemahaman stakeholder Pakistan mengenai amannya produk sawit dengan mensinergikan antara civitas kampus dan Kadin amat strategis. "Mensinergikan kampus melalui lembaga risetnya dan Kadin sebagai pelaku industri patut digagas guna meyakinkan masyarakat Pakistan bahwa kelapa sawit aman, kaya nutrisi, dan sangat berpotensi meningkatkan perekonomian serta PDB kedua negara" tuturnya. 

Seminar menghadirkan tiga narasumber yaitu dari IPB Indonesia, Dr. Puspo Edi, Dekan Fakultas Food, Nutrition dan Home Sciences, UAF, Prof. Dr. Masood Butt, dan Madina Group Industry Faisalabad, Rabia Ejaz. Dalam paparanya Ketiganya sepakat bahwa minyak sawit adalah minyak nabati banyak memiliki manfaat dan tidak berdampak buruk bagi kesehatan bahkan sangat kaya akan nutrisi, berbagai vitamin dan lainnya. Produk turunan sawitpun banyak diolah untuk sampo, sabun mandi, minyak goreng, biskuit, cokelat, kosmetik dan lainnya. 

Selain itu para hadirin juga diberikan pemahaman mengenai minyak sawit sebagai sumber alami karoten, vitamin A, yang memiliki peranan penting sebagai antioksidan, memelihara sel dan otot dari radikal bebas, serta meningkatkan ketahanan kesehatan kardiovaskular.

"Minyak sawit mengandung vitamin E paling tinggi jika dibandingkan dengan minyak nabati lain, riset membuktikan masyarakat Pakistan yang mengkonsumsi minyak sawit memiliki tingkat diet lebih baik daripada yang mengkonsumsi minyak biji bunga matahari" ucap pembicara dari UAF, Masood Butt. Lebih lanjut disebutkan bahwa Vitamin E dalam minyak sawit terdiri dari 18-22% tocopherol dan 78-82% tokotrienol. Komposisi ini membuat minyak sawit sebagai minyak nabati dengan kandungan tokotrienol dan antioksidan tertinggi. 

Seminar yang dihadiri lebih dari 160 orang termasuk Konjen RI Karachi, para pejabat terkait Pakistan, kalangan usaha, para peniliti, dosen dan mahasiswa berlangsung lancar dan berhasil memberikan pemahaman lebih bahwa kelapa sawit tidak membahayakan kesehatan, kaya nutrisi, dan sangat berpotensi meningkatkan perekonomian serta PDB. 

Mengenai rencana pelarangan produk vanaspati ghee yang sangat digemari masyarakat Pakistan sejak dahulu, seminar merekomendasikan perlunya dibentuk joint research antara lembaga pendidikan tinggi, dan industri bersama otoritas terkait untuk memberikan solusi optimal dan nilai tambah bagi industri bahwa vanaspati ghee dapat diproduksi tanpa "hydrogenisasi" sehingga ghee aman bagi konsumen.  

"Perlu dilakukan beberapa seminar serupa melibatkan industri/Kadin, lembaga pendidikan tinggi, instansi terkait di Pakistan untuk lebih memberikan pesan lebih lengkap bahwa kelapa sawit sangat banyak manfaatnya dan tidak membahayakan kesehatan" tutup Dubes Iwan. 

Sebelumnya KBRI Islamabad bersama KJRI Karachi juga melakukan Conference and Exhibition on Indonesian Palm Oil (6/9/2018) yang lebih ditujukan untuk memperkuat kolaborasi antara industri minyak kelapa sawit Indonesia dan Pakistan dalam berbagai rencana bentuk kerja sama dan investasi untuk pasar Pakistan dan kawasan.​ (p/ab)